Mari Belajar dari Politik Pasar Tradisional
Pasar adalah tempat di mana terjadi suatu peristiwa ekonomi tukar menukar barang atau jasa antara seseorang dengan orang lain.
Di Indonesia banyak sekali kita temukan pasar tradisional baik yang berskala besar maupun kecil. Pasar tradisional ini juga bukan hanya ada di desa tetapi di pinggiran –pinggiran kota.
Barang atau produk yang di jual di pasar tradisional sangat beragam mulai dari kebutuhan rumahtangga seperti beras,ikan,sayur pakaian hasil kerajinan maupun kebutuhan lainya.
Meskipun latar belakang komunitas yang ada di pasar traditional berasal dari berbagai kalangan tidak tanpak terlihat perbedaan yang jauh antara kaya atau miskin, pejabat atau petani,dosen atau pedagang semua pada posisi seperti dua sisi mata uang yaitu penjual dan pembeli.
Selain memiliki persamaan symbol untuk saling beinteraksi semisal bahasa atau dialek yang sama,cara bertegur sapa sesuai budaya mereka,masyarakat pasar tradisional memiliki kesamaan tujuan ekonomi yakni kebutuhan membeli atau kebutuhan menjual barang yang sama. Mereka umumnya datang dari daerah sekitar pasar atau masyarakat yang tinggal di sekitar pasar tersebut sehingga sangat muda bagi mereka untuk berkomunikasi satu sama lain.
Akan tetapi tidak jarang pula yang datang dari luar daerah, baik sebagai pedagang maupun pembeli yang memiliki kultur,bahasa berbeda namun satu tujuan yakni melakukan transaksi jual beli. Dan pada hakikatnya semua yang terlibat di pasar tradisional sepakat menjalankan kultur budaya yang ada meski ada produk impor namun tetap tindakan mereka local. Artinya tidak mentang-mentang barang impor si penjual seenaknya menawarkan harga tinggi.!!
Sehingga keragaman,suasana dan lingkungan social di pasar tradisonal sangat indah dan perlu di lestarikan keberadaanya di Indonesia.
Sangat bedah seperti di pasar modern(supermarket,mall,hipermarket) dimana peristiwa peristiwa social sangat jarang terjadi interaksi antara pembeli(masyarakat konsumen) dan penjual. Seolah olah para pembeli tidak lagi memiliki kesempatan untuk melakukan penawaran. Interaksi yang terjadi justru hanya sebatas melakukan pembayaran,karena pembeli tinggal mencari barang atau produk yang sudah tersedia di toko dan kemudian membayarnya di kasir sesuai harga yang telah tercantum di barang atau produk yang di jual.
Model transaksi yang di lakukan di pasar tradisional umumnya di Indonesia, adalah komunikasi local saling tawar menawar secara langsung antara penjual dengan pembeli. Apabilah saling sepakat maka traksaksi tejadi atau tidak sepakat tidak masalah. Inilah bentuk Interaksi social di pasar tradisional yang sangat demokratis .
Dengan menggunakan simbol sosial seperti bahasa setempat,berbasa-basi, bermurah senyum, saling menyapa yang merupakan ciri masyarakat pasar tradisional maka akan terjadi suatu kesepakatan sosial yaitu kesepakatan harga atau terjalinya peristiwa tukar-menukar barang yang adalah tujuan utama dari pasar.
Keseragaman simbol sosial ,keseimbangan peristiwa tawar menawar, saling merasa memiliki persamaan nilai sosiol,saling merasa dibutuhkan dan membutuhkan di antara mereka yang berada di pasar tradisional membuat kehidupan di sana sangat lokalis, dinamis,demokratis dan terbuka.
Produk Impor Tindakan Lokal
Perkembangan dan globalisasi saat ini sudah sampai pada sendi-sendi masyarakat kita. Tidak terkecuali produk-produk impor kebutuhan sehari-hari masyarakatpun banyak yang berasal dari import.
Mencari produk impor saat ini bukan saja di pasar modern akan tetapi di pasar tradisional di seluruh pelosok negeripun sering ditemukan produk import tersebut. Namun kenapa meski barang import tindakan penjual dan pembeli tetap mengacu pada tradisi pasar tradisional yakni tawar menawar, tidak jadi tidak mengapa dan jikalau jadi yah syukur..kesepakatan antara penjual dan pembeli atau tawar dan menawarlah yang menjadi dasar transaksi untuk mencapai tujuan masing-masing(tindakan local).
Hal inilah yang harusnya di pelajari para elit poitik kita untuk menjalankan roda pemerintahan. Yakni belajarlah dari politik pasar tradisional, bukan belajar dari politik barat yang cenderung mengeksploitasi globalisasi demokrasi yang liberal.
Oleh karena itu sifat dan elitisme elit politik kita yang “cenderung tak terkontrol” hendaknya sadar diri bahwa merekapun orang biasa seperti masyarakat Indonesia pada umumnya. Hanya kulit dan pakaian mereka saja yang kelihatan putihbersih padahal dalam dirinya dan masa depan anak cucu (generasi kita)mereka pun belum tentu akan menikmati sisa-sisa kekayaan yang di anugerahkan Tuhan kepada bangsa Indonesia. Mereka malah menjadi penjual sumber daya alam kepada globalisai ekonomi liberal dan menjadi pembeli produk demokrasi liberal yang “puas” atas nama kepentingan rakyat Indonesia. Mereka para elit menggiring kultur politik bangsa kita pada gaya hidup barat dan mengikis habis kultur budaya asli Indonesia.
Kita adalah Kita
Sehingga mengapa bangsa kita hampir selalu di dikte bangsa barat? Karena kita tidak lagi mendasari pijakan politik tradional yang humanis,kulturalis,agamis. Kini kita cenderung mengadopsi politik liberal yang tidak sesuai dengan kultur budaya bangsa Indonesia.
Kita menjadi bangsa panganut liberalisme karbitan yang sewaktu-waktu bisa dileburkan didikte bangsa besar penganut asli liberalisme. Jadilah kita bangsa yang tidak kokoh system politiknya. Bangsa yang selalu porak-poranda bukan saja oleh alam akan tetapi oleh system yang salah dan amburadul.Pastinya.
Oleh karena itu kita memang harus terus menjalankan dan menghidupkan mesin bangsa Indonesia tidak boleh mati!! Meski cat mobil,kaca mobil dan kursi,ac di import dari Barat tapi jangan sampai supir dan peralatan lainnya juga dari sana. Kita sendirilah yang harusnya menyetir mobil bangsa Indonesia mau kemana kita yang tahu jalannya,kita yang tahu arah dan tujuannya.
Berkaca dari sanalah seharusnya para elit politik kita memulai roda pemerintahan,roda demokrasi yang sesungguhnya. Berjalan tidak harus ngebut, tidak harus dengan mobil yang mewah, tidak harus terinspirasi dari gaya Barat, akan tetapi berjalan dengan pelan, dengan mobil tradisional seperti “andong” misalnya yang dipasangi mesin sederhanapun toh kita bisa mencapai kembali harga diri bangsa dan sampai pada globalisasi made in Indonesia asli. Yakinlah.
Di Indonesia banyak sekali kita temukan pasar tradisional baik yang berskala besar maupun kecil. Pasar tradisional ini juga bukan hanya ada di desa tetapi di pinggiran –pinggiran kota.
Barang atau produk yang di jual di pasar tradisional sangat beragam mulai dari kebutuhan rumahtangga seperti beras,ikan,sayur pakaian hasil kerajinan maupun kebutuhan lainya.
Meskipun latar belakang komunitas yang ada di pasar traditional berasal dari berbagai kalangan tidak tanpak terlihat perbedaan yang jauh antara kaya atau miskin, pejabat atau petani,dosen atau pedagang semua pada posisi seperti dua sisi mata uang yaitu penjual dan pembeli.
Selain memiliki persamaan symbol untuk saling beinteraksi semisal bahasa atau dialek yang sama,cara bertegur sapa sesuai budaya mereka,masyarakat pasar tradisional memiliki kesamaan tujuan ekonomi yakni kebutuhan membeli atau kebutuhan menjual barang yang sama. Mereka umumnya datang dari daerah sekitar pasar atau masyarakat yang tinggal di sekitar pasar tersebut sehingga sangat muda bagi mereka untuk berkomunikasi satu sama lain.
Akan tetapi tidak jarang pula yang datang dari luar daerah, baik sebagai pedagang maupun pembeli yang memiliki kultur,bahasa berbeda namun satu tujuan yakni melakukan transaksi jual beli. Dan pada hakikatnya semua yang terlibat di pasar tradisional sepakat menjalankan kultur budaya yang ada meski ada produk impor namun tetap tindakan mereka local. Artinya tidak mentang-mentang barang impor si penjual seenaknya menawarkan harga tinggi.!!
Sehingga keragaman,suasana dan lingkungan social di pasar tradisonal sangat indah dan perlu di lestarikan keberadaanya di Indonesia.
Sangat bedah seperti di pasar modern(supermarket,mall,hipermarket) dimana peristiwa peristiwa social sangat jarang terjadi interaksi antara pembeli(masyarakat konsumen) dan penjual. Seolah olah para pembeli tidak lagi memiliki kesempatan untuk melakukan penawaran. Interaksi yang terjadi justru hanya sebatas melakukan pembayaran,karena pembeli tinggal mencari barang atau produk yang sudah tersedia di toko dan kemudian membayarnya di kasir sesuai harga yang telah tercantum di barang atau produk yang di jual.
Model transaksi yang di lakukan di pasar tradisional umumnya di Indonesia, adalah komunikasi local saling tawar menawar secara langsung antara penjual dengan pembeli. Apabilah saling sepakat maka traksaksi tejadi atau tidak sepakat tidak masalah. Inilah bentuk Interaksi social di pasar tradisional yang sangat demokratis .
Dengan menggunakan simbol sosial seperti bahasa setempat,berbasa-basi, bermurah senyum, saling menyapa yang merupakan ciri masyarakat pasar tradisional maka akan terjadi suatu kesepakatan sosial yaitu kesepakatan harga atau terjalinya peristiwa tukar-menukar barang yang adalah tujuan utama dari pasar.
Keseragaman simbol sosial ,keseimbangan peristiwa tawar menawar, saling merasa memiliki persamaan nilai sosiol,saling merasa dibutuhkan dan membutuhkan di antara mereka yang berada di pasar tradisional membuat kehidupan di sana sangat lokalis, dinamis,demokratis dan terbuka.
Produk Impor Tindakan Lokal
Perkembangan dan globalisasi saat ini sudah sampai pada sendi-sendi masyarakat kita. Tidak terkecuali produk-produk impor kebutuhan sehari-hari masyarakatpun banyak yang berasal dari import.
Mencari produk impor saat ini bukan saja di pasar modern akan tetapi di pasar tradisional di seluruh pelosok negeripun sering ditemukan produk import tersebut. Namun kenapa meski barang import tindakan penjual dan pembeli tetap mengacu pada tradisi pasar tradisional yakni tawar menawar, tidak jadi tidak mengapa dan jikalau jadi yah syukur..kesepakatan antara penjual dan pembeli atau tawar dan menawarlah yang menjadi dasar transaksi untuk mencapai tujuan masing-masing(tindakan local).
Hal inilah yang harusnya di pelajari para elit poitik kita untuk menjalankan roda pemerintahan. Yakni belajarlah dari politik pasar tradisional, bukan belajar dari politik barat yang cenderung mengeksploitasi globalisasi demokrasi yang liberal.
Oleh karena itu sifat dan elitisme elit politik kita yang “cenderung tak terkontrol” hendaknya sadar diri bahwa merekapun orang biasa seperti masyarakat Indonesia pada umumnya. Hanya kulit dan pakaian mereka saja yang kelihatan putihbersih padahal dalam dirinya dan masa depan anak cucu (generasi kita)mereka pun belum tentu akan menikmati sisa-sisa kekayaan yang di anugerahkan Tuhan kepada bangsa Indonesia. Mereka malah menjadi penjual sumber daya alam kepada globalisai ekonomi liberal dan menjadi pembeli produk demokrasi liberal yang “puas” atas nama kepentingan rakyat Indonesia. Mereka para elit menggiring kultur politik bangsa kita pada gaya hidup barat dan mengikis habis kultur budaya asli Indonesia.
Kita adalah Kita
Sehingga mengapa bangsa kita hampir selalu di dikte bangsa barat? Karena kita tidak lagi mendasari pijakan politik tradional yang humanis,kulturalis,agamis. Kini kita cenderung mengadopsi politik liberal yang tidak sesuai dengan kultur budaya bangsa Indonesia.
Kita menjadi bangsa panganut liberalisme karbitan yang sewaktu-waktu bisa dileburkan didikte bangsa besar penganut asli liberalisme. Jadilah kita bangsa yang tidak kokoh system politiknya. Bangsa yang selalu porak-poranda bukan saja oleh alam akan tetapi oleh system yang salah dan amburadul.Pastinya.
Oleh karena itu kita memang harus terus menjalankan dan menghidupkan mesin bangsa Indonesia tidak boleh mati!! Meski cat mobil,kaca mobil dan kursi,ac di import dari Barat tapi jangan sampai supir dan peralatan lainnya juga dari sana. Kita sendirilah yang harusnya menyetir mobil bangsa Indonesia mau kemana kita yang tahu jalannya,kita yang tahu arah dan tujuannya.
Berkaca dari sanalah seharusnya para elit politik kita memulai roda pemerintahan,roda demokrasi yang sesungguhnya. Berjalan tidak harus ngebut, tidak harus dengan mobil yang mewah, tidak harus terinspirasi dari gaya Barat, akan tetapi berjalan dengan pelan, dengan mobil tradisional seperti “andong” misalnya yang dipasangi mesin sederhanapun toh kita bisa mencapai kembali harga diri bangsa dan sampai pada globalisasi made in Indonesia asli. Yakinlah.